stop laughing in my head


Sudah seminggu ini Jeongguk selalu dengar tawa yang sama di dalam kepalanya. Tapi itu bukan tawanya. Jeongguk sendiri penasaran, mengapa tawa itu bisa tiba-tiba terdengar dan hilang begitu saja.

Kadang di waktu-waktu tengah malam ketika dirinya ingin terlelap, tawa itu mendadak muncul. Pernah juga waktu itu, saat Jeongguk sedang sibuk kerjakan laporan dan makalahnya yang super banyak dan harus dikumpulkan dalam waktu bersamaan. Itu sukses buat otaknya serasa pecah. Dan tawa itu terdengar lagi, menambah peliknya pikiran dan emosi.

Sering Jeongguk berteriak sendiri, coba mengusir suara tawa yang memenuhi kepalanya, meski ia tahu itu akan berakhir sia-sia. Jeongguk pikir ia sudah gila.

Taehyung, teman sekelasnya, pernah bertanya apa sebab kantung mata Jeongguk bisa ada dua dan nampak jelek di wajahnya. Juga kuapan-kuapan yang sering Jeongguk lakukan kalau jam pagi kuliah mereka bahkan berlangsung belum sampai sepuluh menit. Merasa kalau mungkin saja Taehyung punya cara untuk buat masalahnya berkurang Jeongguk akhirnya cerita saat mereka sedang bertanding menggunkana stick PS.

Tidak ada satu hal pun yang Jeongguk tambah maupun kurang dari ceritanya dan yang ia dapat dari Taehyung adalah tepukan cukup keras di kepala belakangnya. Itu cukup menyakitkan kalau mau tahu. Teman sepergilaannya itu tanggapi ceritanya kelewat semangat dan berapi-api, bilang bahwa ia akhirnya bisa terkoneksi dengan soulmate-nya.

Oke, soulmate-nya, katanya.

Ya? Soulmate-nya?!

Tentu saja Jeongguk sanggah mentah-mentah. Sebab dari berbagai macam cara manis untuk bertemu atau terkoneksi dengan soulmate-mu, apa Jeongguk harus dapat dengan tawa tengah malam yang err... cukup mengerikan kalau boleh dibilang?

Untung saja Jeongguk itu orangnya pemberani dan berpikiran positif. Ia yakin, kalau itu Taehyung, pasti sudah lari terbirit-birit karena dengar suara tawa pukul dua pagi. Sedang di apartemen kamu hanya tinggal sendiri. Jadi, Jeongguk pikir apa bagusnya bertemu soulmate itu bukan?

Akhirnya Taehyung menyerah dan bilang kalau Jeongguk sama sekali tidak menghargai apa yang sudah ditakdirkan, karena hei... ini soulmate loh, orang yang akan habiskan hidup denganmu. Berbagi tugas untuk cuci dan menyapu, juga kegiatan beres-beres rumah lainnya. Orang yang akan kamu bagi uang hasil kerjamu juga akan beri kamu makan karena sudah kewajibannya.

Tapi Jeongguk rasa dia memang tak ingin bertemu soulmate-nya dengan cara ini, dia ada dendam tersendiri karena laporannya kemarin dapat D dari dosennya akibat telat dikumpulkan. Awas saja kalau ia bertemu soulmate-nya itu, mungkin ia akan marah dulu untuk pertama kali. Atau paling tidak minta ganti rugi dengan traktir main di game center dua hari berturut-turut. Jeongguk bisa pertimbangkan untuk maafkannya kalau seperti itu.

Ugh... sebenarnya tidak ingin bohong, tapi Jeongguk rasa seminggu ini ia agak kesepian. Bukan, bukan maksudnya itu sebab tawa yang katanya soulmate-nya itu sudah tidak pernah ia dengar lagi. Bukan juga karena ia tunggu-tunggu tawa itu ditengah malam sunyi saat ia sudah bersiap-siap sumpal telinganya dengan earphone saat sedang kerja tugas. Bukan juga karena sebenarnya tanpa sadar suara tawa itu sangat manis dan renyah sebab bisa antar Jeongguk jemput mimpi saat ia lewati malam-malam sulit tidurnya.

Sumpah, bukan kok.

Hanya saja ia heran, kemana ya si yang katanya soulmate-nya itu pergi? Agak aneh tak dengar tawanya seminggu ini di jam-jam kerja tugas juga jam tidurnya. Bagaimanapun Jeongguk itu sudah bisa adaptasi kalau tiba-tiba ada tawa mampir di kepalanya seperti biasa.

Pernah Taehyung tanya saat mereka kuliah pagi dan dosen mereka batalkan kelas dadakan, kenapa gerangan wajah Jeongguk murung?

Jeongguk rasa pertanyaan Taehyung aneh, sebab ia baik saja, sejak kemarin pun hari ini. Tapi Taehyung bersikeras kalau Jeongguk satu minggu ini terlihat seperti orang sekarat. Lalu Taehyung tanya apa ia masih dengar suara tawa soulmate-nya lagi? Jeongguk jawab jujur; tidak.

Lalu Taehyung tepuk bahunya keras (lagi), bilang kalau Jeongguk itu sedang rindu.

Tentu Taehyung dapat satu bogem mentah di perut dengan rasa nyeri-nyeri nikmat secara cuma-cuma, karena sudah berani bilang asal.

Mana mungkin Jeongguk rindu, kan?

Iya kan?

Benar kan?

Masa ia rindu pada orang yang tidak jelas siapa dan dimana keberadaannya? Juga kamu hanya bisa dengar tawanya di pagi buta. Itu agak aneh dan tidak masuk akal. Apa Taehyung habis makan makanan anjingnya kebanyakan lagi?

Serius, Jeongguk sudah akan lupa masalah per-soulmate-an ini, hanya karena ya... tidak begitu penting dan ia memang punya dendam kan dengan soulmate-nya. Ingat masalah tugas kemarin, bukan?

Sampai suatu hari, secara tidak sengaja, ketika Jeongguk sedang makan dengan khidmat bakso yang di dapat setelah lama antri bersama Taehyung, dia dengar suara tawa itu lagi. Namun kali ini bukan dari dalam kepalanya, Suaranya terdengar sangat nyata ditelinga, bukan samar-samar memenuhi kepala seperti biasa.

Dan Jeongguk melihatnya, cowok pirang yang matanya sedang hilang karena tertawa bahagia, entah karena apa. Ada di arah jam sembilan nya. Suara tawanya mirip sekali dengan yang biasa ia dengar dua minggu ini. Seringan kapas, juga manis saat tawa itu berderai-derai. Bedanya, suara tawa ini terdengar lebih panjang dan lebih bahagia.

Maka tanpa pikir panjang Jeongguk putuskan untuk datangi cowok itu dan beri peringatan padanya tentang aturan yang harus cowok itu tahu. Benar seperti itu kan yang harus ia katakan padanya? Bukan sebab ia rindu dan ingin bertanya karena sudah kelewat penasaran; hei, kemana aja kamu satu minggu ini? Kenapa kamu gak tertawa di dalam kepalaku lagi? Aku rindu asal kamu tahu!

Iya kan?

Maka yang selanjutnya Jeongguk katakan jadi tidak karuan, sebab ia kehabisan pilihan kata di waktu ia lihat wajah manis dengan kulit bersih dan bibir gemuk juga pipi mengembang yang, astaga... apa malaikat sekarang harus kuliah juga?

Jadi, kalimat; “Hei, tolong berhenti tertawa di kepalaku!” yang meluncur mulus dari bibirnya. Bodoh.

Jeongguk bisa lihat cowok pirang dan temannya itu terkejut dan berhenti bergurau.

“Maaf, apa kita saling kenal?”

Astaga! Kenapa suaranya imut sekali? Jeongguk jadi ingin lari karena sudah lakukan hal bodoh barusan, tapi mana mungkin, ini sudah terlanjur bukan? Jadi....

“Untungnya gak, aku cuma mau bilang berhenti tertawa di dalam kepalaku!” ia lanjutkan saja kebodohan ini.

Lalu Jeongguk pergi, meski tahu bahwa ia baru saja sia-siakan waktu padahal sudah bertemu soulmate-nya.

Tinggalkan banyak tanya dalam kepala cowok manis, juga sesal dalam hati karena harusnya ia bisa sapa pakai kalimat lebih baik, atau benar dia harus ajak kenalan dulu untuk minta traktir di game center. Itu soulmate-nya, loh!

Jeongguk bodoh. Ia terlalu gugup tadi.

Sialan sekali.

———

Fin